Jumat, 26 Desember 2008

Gerakan Kocok Kepala ala Musisi Rock, Headbanging Berisiko Menyebabkan Cedera Kepala dan Stroke

Penggemar musik rock pasti paham istilah headbanging. Gerakan mengocok kepala ke atas dan ke bawah itu populer di kalangan metalhead. Kelihatannya memang asyik dan seru. Ternyata, gerakan tersebut sangat berbahaya.

Irama yang rancak dan mengentak memang kurang pas rasanya tanpa disertai gerakan ekstrem. Oleh karena itu, banyak musisi aliran rock dan heavy metal yang melakukan headbanging. Sebut saja Slipknot, Korn, Metallica, dan banyak lainnya.

Saking kreatifnya, headbanging sampai terbagi dalam beberapa jenis gerakan. Gerakan yang paling umum adalah ke atas dan ke bawah. Ada pula gerakan yang memutar searah, ke kiri dan ke kanan, membentuk angka delapan, setengah badan, sampai full body ikut bergerak.

Yang melakukan headbanging bukan hanya sang musisi. Para fans cenderung ikut-ikutan karena terbawa suasana dan irama musik. Ya, sepertinya headbanging memang sangat seru dan mengasyikkan. Tapi, efeknya, ternyata, sangat berbahaya bagi kesehatan. Gerakan kocok kepala itu dapat mengakibatkan luka serius pada kepala dan leher.

Bahaya berkocok kepala ria itu diungkapkan Dr Andrew McIntosh, pakar biomedical and injury di University Of New South Wales, Sydney, Australia, dan asistennya, Declan Patton. Mereka mengemukakan penemuannya tersebut dalam the British Medical Journal.

Penelitian tersebut mengatakan bahwa rata-rata lagu headbanging punya tempo 146 beats per menit (bpm). Bahkan, ada yang di atas 180 bpm. Hal itu dapat menyebabkan sakit kepala dan pusing, terutama dengan gerakan 75 derajat ke atas dan ke bawah.

Sementara itu, risiko cedera leher dimulai saat tempo 130 bpm. Sebab, beats tersebut sudah melampaui limit toleransi manusia. Pantas saja headbanging di atas tempo 130 bpm dapat menyebabkan stroke.

Melihat betapa berbahayanya gerakan kocok kepala itu, McIntosh mewanti-wanti para headbangers. "Kami mengidentifikasikan terjadinya luka traumatik pada otak yang disebabkan headbanging. Kami bahkan mengeluarkan peringatan ke publik luas mengenai headbanging ini layaknya peringatan rokok," jelasnya.

Saking gencarnya pesan itu, sampai muncul bahan bercandaan. Kalau memang ingin ngotot headbanging, lebih baik memakai neck braces alias penyangga leher. Itu bermanfaat untuk mencegah terjadinya luka.

Saran yang serius, kurangi gerakan headbanging atau ganti tempo musik keras dengan yang lebih lambat. Dengan kata lain, McIntosh merekomendasikan untuk mendengarkan musik-musik berirama normal.

Peringatan itu sudah memakan korban dan ada bukti nyata. Pada 2005, Terry Balsamo, gitaris Evanescence, menderita stroke akibat headbanging. Selain itu, sudah banyak musisi, seperti Craig Jones sampler Slipknot , yang terkena salah urat leher akibat terlalu keras headbanging.

Bahkan, ada korban-korban lain yang sakit kepala dan hidungnya berdarah akibat kocok kepala itu. Tampaknya, insan-insan rock di dunia perlu memikirkan cara baru untuk menikmati musik cadas. Punya ide menarik?

sumber dari :
Jawa Pos Kamis,25 Des 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar