Senin, 05 Januari 2009

Punya Lirik Mengikat




Tong kosong nyaring bunyinya. Ungkapan ini cocok menggambarkan orang yang hanya besar di mulut, tapi perbuatannya nol. Hal ini sedikit sama dengan perkembangan musik pop di Indonesia. Tema yang diangkat pun berputar-putar di kisah cinta. Sayang, bahasan musik ini tak sesuai dengan kenyataan.

Dengan pemikiran di atas, Efek Rumah Kaca (ERK) hadir untuk menawarkan hal baru di industri musik. Band asal Jakarta ini mengusung konsep bahwa musik bukan sekadar hiburan, yang hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Cholil (vokal/gitaris), Adrian (basis), dan Akbar (drumer) sepakat membawakan musik yang mengikat dan punya impact.

Jangan heran kalau lirik dalam dua rilisannya, Efek Rumah Kaca (September 2007) dan Kamar Gelap (Desember 2008), punya makna dalam. Banyak pesan tersimpan dalam kata-kata absurb di dalamnya.

Terkadang, memang sangat sulit mengerti lirik-lirik trio ini. Tapi, Cholil menampik materi ERK disebut bahan berat. "Justru aku bilang ringan. Sebab, semua itu sangat dekat dengan kita. Fenomena yang kita baca setiap hari di koran," ujarnya.

Proses pengerjaan lagu bagi ERK memang membutuhkan waktu lama. Minimal dua minggu. "Biasanya, aku terusik dulu akan suatu hal. Lalu, aku coba cari info lagi. Research literatur. Sortir pesan-pesan yang mau disampaikan, baru dibikin lirik," jelasnya.

Idealisme ERK begitu ketat dan teliti untuk urusan lirik. Sebuah lirik harus bisa berdiri sendiri dan punya pesan meski tanpa sound pendukung. Jadi, ketika lirik ini dibaca tanpa sound, orang masih bisa menangkap pesannya. Pesan inilah yang mengikat.

"Kami membuat lagu tentang shopaholic, tapi para personel ERK masih doyan belanja nggak penting. Kan nggak pas kalau seperti itu. Intinya, sebelum ngefek ke pendengar, sudah harus membawa impact ke penyanyinya," ungkap Cholil.

Sumber by:

Jawa Pos


Tidak ada komentar:

Posting Komentar